🌉 Karangan Ilmiah Tidak Memiliki Karakteristik Sebagai Berikut
Karyailmiah harus bersifat objektif. Hal ini sangat penting karena karya ilmiah tidak dibuat berdasarkan perasaan penulisnya. Karya ilmiah harus menunjukkan fakta-fakta dan data-data dari hasil analisisnya. Jadi, tidak memiliki kecondongan subjektifitas. 9. Menggunakan Kalimat Efektif. Dan, penulisan karya ilmiah harus menggunakan kalimat efektif.
Secaralengkap, karakteristik Karya ilmiah adalah sebagai berikut: 1. Mengacu kepada teori. Artinya karangan ilmiah wajib memiliki teori yang dijadikan sebagai landasan berpikir atau kerangka pemikiran atau acuan dalam pembahasan masalah. Fungsi teori adalah: Â Tolak ukur pembahasan dan penjawaban persoalan
MeskipunAnda sudah paham dasar-dasar menulis dan paham tentang penulisan karya ilmiah, Anda mungkin butuh contoh karya ilmiah sebagai referensi. Berikut ini, beberapa contoh karya ilmiah dengan tema berbeda-beda. 1. Contoh karya ilmiah tentang literasi. Judul: Pendidikan Literasi Media untuk Guru-guru SMK Muhammadiyah Pekanbaru 2
BAHASAINDONESIA 2 KARANGAN ILMIAH NON-ILMIAH DAN TIDAK ILMIAH Disusun oleh: Kelompok 3 [2IA01]
Ragambahasa ilmiah. 1. A. Pengertian dan Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Sebagai bahasa yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempatnya, bahasa Indonesia diharapkan
Karanganilmiah lebih banyak menyajikan fakta umum yang tidak terikat dengan gaya metode ilmiah penulisan. Penulisan karangan semi ilmiah menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan. Definisi lain karangan semi ilmiah adalah karangan yang bersifat ilmu, tetapi menggunakan bahasa umum sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam (KBBI Online
Suatumetode ilmiah dapat dikatakan ilmiah jika memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Berdasarkan fakta. Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan maupun yang dianalisis, haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Penemuan atau pembuktian tidak boleh didasarkan pada daya khayal, kira-kira, atau
Karanganilmiah, non ilmiah, dan tidak ilmiah. penulis bisa lebih terarah dan fokus dengan pokok pikiran serta tema yang telah ditentukan karena fungsi dari kerangka karangan adalah sebagai berikut: a. Karangan Narasi ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai Pelopor .Angkatan '45 dan Puisi Modern Indonesia.
Sebuahkerangka karangan tidak boleh diperlakukan sebagai suatu pedoman yang kaku, tetapi selalu dapat mengalami perubahan dan perbaikan untuk mencapai suatu bentuk yang semakin lebih sempurna. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi-ilmiah. Berdasarkan
Tidakpersuasive, karangan ilmiah itu benar-benar untuk mendorong pembaca mengubah pendapat, tidak melalui ajakan, tetapi membiarkan fakta berbicara sendiri. menyatakan sikap tersebut sebagai sifat pemikir (ilmiah) yang memiliki ciri-ciri pemikiran efektif. Berdasarkan kajian terhadap cara penyajian karya tulis ilmiah dapat diungkapkan
PEMBAHASAN A. HAKIKAT KARYA ILMIAH. 1. Pengertian Karya Ilmiah. karya ilmiah adalah suatu karangan disusun secara sitematis dan bersifat ilmiah. Sistematis berarti karangan atau karya tulis tersebut di susun menurut aturan tertentu sehingga kaitan antara bagian-bagian tersebut sehingga sangat jelas dan padu.
Penggunaankata harus dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan apa yang harus disampaikannya. Perbedaan karya tulis ilmiah dengan non-ilmiah adalah sebagai berikut, 1. Objektif artinya karya tulis ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi
b9Ug. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Halo sobat Kompasiana!Kecakapan menulis merupakan salah satu aspek kecakapan Bahasa yang sangat penting, dengan memiliki keterampilan menulis, maka seseorang akan dapat mengungkapkan ide, pikiran, serta kemampuan seseorang untuk terampil melalui dari itu, dalam menulis perlu memperhatikan beberapa aspek termasuk dalam menulis suatu karangan. Dalam menulis suatu karangan diperlukan pemahaman yang baik agar dapat menghasilkan karangan yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Dalam hal ini perencanaan karangan diperlukan. Perencanaan karangan merupakan tahap awal yang dilakukan oleh seorang pengarang untuk mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan pembatasan masalah, mengamati objek yang ditulis, dan menuangkan gagasannya dari awal penulisan hingga akhir penulisan. Penggolongan karangan menurut bobot isinya1. Karangan ilmiahSuatu karangan yang ditulis berdasar pada kenyataan ilmiah yang didapatkan dari Karangan ilmiah populerKarangan Pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis berdasarkan metodologi penulisan yang Karangan non-ilmiahKarangan yang ditujukan kepada masyarakat umum yang berisikan tentang pengetahuan, rekaan maupun cerita dengan teknik penyajian sederhana terkait hal yanng ada dalam kehidupan sehari-hari. Penggolongan karangan menurut cara penyajian dan tujuan penyampaiannya1. NarasiBerisikan aspek terkait rangkaian cerita yang membentuk DeskripsiKarangan yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan EksposisiBerupa petunjuk, uraian, maupun paparan tentang suatu maksud dan ArgumentasiKarangan yang mengemukakan alasan dengan menyertakan bukti kuat dan PersuasiDitulis untuk mengajak, menghimbau, ataupun mempengaruhi pembaca untuk melakukan pembuatan perencanaan karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut1. Pra-penulisan2. Penulisan3. Penyuntingan EditingSemua karya tulis ilmiah pasti memiliki tahap perencanaan dan kerangka karangan yang sistematis. Tahapan awal yang perlu kita rencanakan adalah pemilihan topik yang menarik untuk ditinjau, pemilihan judul yang mewakili pemikiran dari hasil penelitian yang akan ditulis, menentukan tujuan penulisan untuk menyampaikan maksud dan tujuan dari penulisan, dan menentukan kerangka karangan untuk mempermudah kita menciptakan karya tulis yang sistematis. Setelah karya tulis ilmiah selesai, kita masih perlu membaca ulang dan merevisi isi karya ilmiah, dengan adanya tahap revisi semua kesalahan dan kekurangan dapat diantisipasi untuk segera diperbaiki. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Karya tulis non-ilmiah merupakan salah satu tulisan yang menyajikan fakta-fakta pribadi yang berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman sehari-hari penulis, sehingga dalam hal ini unsur karya tulis non ilmiah lebih bersifat subyektif. Selain itu, karya non ilmiah bisa juga bersifat persuasif, yang berupaya untuk membujuk atau meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informatif. Seperti halnya karya tulis ilmiah yang memiliki bermacam-macam jenis seperti artikel ilmiah, makalah ilmiah, skripsi, tesis, desertasi, dan lain-lain, karya tulis yang non ilmiah juga bisa dibedakan menjadi beragam jenis, diantaranya yaitu cerpen, dongeng, roman, novel, drama, dan lain-lain. Karya tulis non ilmiah seringkali juga bisa berupa fiksi, yaitu penulisan naratif yang melibatkan elemen plot dan karakter yang diciptakan sepenuhnya oleh pengarang/penulis. Karya non ilmiah yang biasa dikenal dengan istilah karya tulis non ilmiah merupakan jenis karya ilmiah yang berupa karangan yang seringkali tidak terikat dengan aturan atau sistematika penulisan tertentu, yang disajikan dengan bahasa yang lebih santai dibandingkan tulisan ilmiah. Akan tetapi, terkadang juga ada pula karya non ilmiah yang menggunakan bahasa formal dan teknis. Hal itu tentunya tergantung pada konsep penulisan yang ingin diterapkan penulis, berbeda dengan karya ilmiah yang memang harus menerapkan bahasa yang formal. Jenis Karya Non Ilmiah Terdapat bermacam-macam jenis karya tulis non ilmiah, diantaranya yaitu; Puisi Puisi meupakan suatu bentuk sastra yang menggunakan kualitas bahasa yang estetis dan seringkali berirama seperti fonestetik, simbolisme bunyi, dan meter untuk membangkitkan makna tersirat selain, atau menggantikan, makna nyata yang biasa-biasa saja makna tersurat. Puisi memiliki sejarah panjang – mulai dari zaman prasejarah berburu puisi di Afrika, puisi istana kerajaan dan elegi di kekaisaran lembah Sungai Nil, Niger, dan Volta. Beberapa puisi tertulis paling awal di Afrika muncul di antara Teks Piramida yang ditulis selama abad ke-25 SM. Puisi epik Asia Barat paling awal yang masih ada, Epic of Gilgamesh, ditulis dalam bahasa Sumeria. Puisi menggunakan bentuk dan konvensi untuk menyarankan interpretasi kata yang berbeda, atau untuk membangkitkan tanggapan emosional. Perangkat seperti asonansi, aliterasi, onomatopoeia, dan ritme dapat menyampaikan efek musik atau mantra. Penggunaan ambiguitas, simbolisme, ironi, dan elemen gaya lain dari diksi puitis seringkali membuat puisi terbuka untuk berbagai interpretasi. Demikian pula, kiasan seperti metafora, simile, dan metonymy membangun resonansi antara gambar-gambar yang berbeda, lapisan makna, membentuk koneksi yang sebelumnya tidak dirasakan. Bentuk-bentuk resonansi yang serupa mungkin ada, di antara masing-masing syair, dalam pola rima atau ritme mereka. Cerita Pendek Cerpen Cerita pendek adalah sebuah prosa fiksi yang biasanya dapat dibaca dalam satu kali duduk dan berfokus pada insiden yang berdiri sendiri atau rangkaian insiden terkait, dengan maksud untuk membangkitkan “efek tunggal” atau suasana hati. Cerita pendek adalah bentuk yang dibuat dengan sendirinya. Cerita pendek menggunakan plot, resonansi, dan komponen dinamis lainnya seperti dalam novel, tetapi biasanya pada tingkat yang lebih rendah. Walaupun cerita pendek sebagian besar berbeda dari novel atau novella/novel pendek, pengarang umumnya mengambil dari kumpulan umum teknik sastra. Penulis cerita pendek dapat mendefinisikan karya mereka sebagai bagian dari ekspresi artistik dan pribadi dari bentuk tersebut. Mereka mungkin juga berusaha menolak kategorisasi berdasarkan genre dan formasi tetap Dongeng Dongeng adalah salah satu contoh genre cerita rakyat yang berbentuk cerita pendek. Cerita semacam itu biasanya menampilkan entitas seperti kurcaci, naga, elf, peri, raksasa, gnome, goblin, griffin, putri duyung, hewan yang bisa berbicara, unicorn, atau penyihir. Di sebagian besar budaya, tidak ada garis jelas yang memisahkan mitos dari rakyat atau dongeng, semua ini bersama-sama membentuk literatur masyarakat preliterate. Dongeng terjadi baik dalam bentuk lisan maupun sastra; nama “dongeng” “conte de fées” dalam bahasa Prancis pertama kali diberikan oleh Madame d’Aulnoy pada akhir abad ke-17. Banyak dongeng hari ini telah berkembang dari cerita berabad-abad yang muncul, dengan variasi, di berbagai budaya di seluruh dunia. Sejarah dongeng sangat sulit dilacak karena hanya bentuk sastra yang dapat bertahan. Namun, menurut para peneliti di universitas di Durham dan Lisbon, cerita seperti itu mungkin berasal dari ribuan tahun yang lalu, beberapa dari Zaman Perunggu lebih dari tahun yang lalu. Roman Roman merupakan sejenis karya sastra dalam bentuk prosa isinya melukiskan tentang perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Atau bisa juga dikatakan bahwa roman adalah bagian dari karya sastra berbentuk prosa yang berisi pengalaman hidup dari para tokoh, yang bermula dari dia lahir hingga dewasa bahkan sampai meninggal dunia. Roman memiliki beberapa ciri diantaranya yaitu mengisahkan seorang tokoh fiktif, dimana tokoh tersebut dikisahkan dari lahir hingga ajal menjemputnya, roman memiliki jalan cerita yang lengkap, watak tokog cikisahkan secara terperinci. Terdapat beragam jenis roman, salah satunya yaitu roman percintaan, misalnya Roman Gadis Empat Zaman’ karya Salkha serta; Roman Medan di Waktu Malam’ karya O. M. Taufik. Novel Novel adalah karya fiksi naratif yang relatif panjang, biasanya ditulis dalam bentuk prosa, dan biasanya diterbitkan sebagai buku. Novel juga dapat diartikan sebagai karya naratif dari prosa fiksi yang menceritakan tentang pengalaman manusia tertentu dalam waktu yang cukup lama. Menurut Margaret Doody, novel merupakan “sejarah yang berkesinambungan dan komprehensif selama sekitar dua ribu tahun“, dengan asal-usulnya dalam novel Yunani dan Romawi Kuno, dalam roman Ksatria, dan dalam tradisi novel renaisans Italia. Gaya dan panjang prosa, serta pokok bahasan fiksi atau semi-fiksi, adalah karakteristik novel yang paling jelas menentukan. Tidak seperti karya puisi epik, ia menceritakan kisahnya menggunakan prosa dan bukan sajak; tidak seperti cerita pendek, cerita ini menceritakan narasi yang panjang dan bukan pilihan singkat. Namun, ada elemen karakteristik lain yang membedakan novel sebagai bentuk sastra tertentu. Drama Dalam karya sastra, drama adalah penggambaran peristiwa fiksi atau non fiksi melalui dialog tertulis baik prosa maupun puisi. Drama dapat ditampilkan di atas panggung, di film, atau di radio. Drama biasanya disebut drama, dan penciptanya dikenal sebagai “penulis naskah” atau “dramawan”. Untuk membuat drama terkesan dramatis, penulis naskah berusaha untuk secara progresif membangun perasaan ketegangan dan antisipasi penonton saat cerita berkembang. Ketegangan dramatis terbangun saat penonton terus bertanya-tanya “Apa yang terjadi selanjutnya?” dan mengantisipasi hasil dari acara tersebut. Dalam sebuah misteri, misalnya, ketegangan dramatis dibangun di sepanjang plot sampai klimaks yang menarik atau tak terduga terungkap. Drama sangat bergantung pada dialog lisan agar penonton mendapat informasi tentang perasaan, kepribadian, motivasi, dan rencana karakter. Karena penonton melihat karakter dalam drama menjalani pengalaman mereka tanpa komentar penjelasan dari penulis. Kesimpulan Dari penjelasan yang dikemukakan dapatlah dikatakan bahwa karya non ilmiah ialah sebagai karangan yang ditujukan kepada masyarakat umum yang berisi tentang pengetahuan, cerita, rekaan, atau apa saja dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai hal-hal tentang kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam hal inilah berbagai bentuk karya non ilmiah bisa terjadi secara nyata atau hanya menjadi cerita rekaan semata. Nah, itulah tadi artikel yang bisa kami berikan pada segenap pembaca berkenaan dengan macam-macam karya non ilmiah, ciri, contoh, dan penjelasannya. Semoga memberikan pemahaman untuk kalian yang sedang membutuhkannya.
Seorang dosen maupun mahasiswa tentu memahami pentingnya karakteristik penulisan karya ilmiah yang memiliki banyak sekali dampak positif. Umumnya pihak dosen akan melakukan penelitian dan kemudian melibatkan mahasiswa, dinas terkait penelitian, maupun sejumlah perusahaan yang masih terkait. Semua pihak yang terlibat di dalam penelitian ini akan memiliki peran krusial masing-masing. Misalnya untuk dosen sebagai pemilik idea atau gagasan penelitian, dan dinas maupun perusahaan terkait menjadi sumber pendanaan atau objek penelitian. Baca juga Seberapa Penting Peran Dosen Dalam Akreditasi Kampus? Sekilas Tentang Karya Tulis Ilmiah Karakteristik dalam Penulisan Karya Ilmiah 1. Logis2. Data Sesuai Fakta 3. Bersifat Objektif4. Isi Sistematis5. Pembahasan Sesuai dan Menyeluruh 6. Dapat Diuji Kebenaranya Kiat Meminimalkan Kesalahan saat Menyusun Karya Ilmiah Menyusun Kerangka Karya Ilmiah Menulis di Momen yang MendukungDibaca Ulang Fokus pada Topik Sekilas Tentang Karya Tulis Ilmiah Sebelum memahami lebih dalam mengenai penulisan karya ilmiah maka penting pula untuk mengetahui dulu apa itu karya ilmiah. Jadi, karya tulis ilmiah adalah sebuah tulisan ilmiah yang disusun untuk memecahkan suatu permasalahan. Pemecahan masalah ini menggunakan sejumlah landasan teori dan juga metode-metode ilmiah. Secara umum sebuah karya ilmiah akan terdiri dari data, fakta, dan juga solusi dari sebuah permasalahan yang akan diteliti atau diangkat dalam sebuah penelitian. Hasil penelitian ini kemudian akan dibahas sampai tuntas di dalam penulisan karya ilmiah. Lengkap pula dengan berbagai dasar teori yang menguatkan hasil penelitian tersebut. Namun, hasil penelitian tidak selalu sama persis dengan dasar teori yang dijadikan landasan. Bisa juga berbeda, yang kemudian hasil penelitian tersebut dianggap sudah mematahkan teori yang menjadi landasan penelitian tadi. Hasil penelitian baru ini kemudian menjadi dasar bagi penelitian terkait untuk seterusnya. Karakteristik dalam Penulisan Karya Ilmiah Setelah hasil penelitian didapatkan maka langkah selanjutnya tentu saja melakukan penulisan karya ilmiah yang membahas hasil penelitian tersebut. Penulisannya kemudian harus memenuhi sejumlah karakteristik, yang akan menentukan hasil tulisan tersebut bisa disebut sebagai karya tulis ilmiah atau tidak. Adapun bentuk karakteristik khas dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut 1. Logis Karakteristik pertama dari sebuah karya tulis ilmiah adalah logis, yakni suatu permasalahan yang sifatnya logis. Kemudian diteliti yang sifatnya logis pula. Maksudnya adalah bisa dinalar dan dipahami oleh siapa saja yang membaca karya tulis ilmiah tersebut. Sehingga tidak ada unsur dan kesan isinya dikarang bebas. 2. Data Sesuai Fakta Data yang dijabarkan dan disampaikan di dalam penulisan karya ilmiah haruslah data yang sesuai fakta. Yakni mengacu pada hasil penelitian. Misal meneliti sebuah zat A, ketika dilakukan sejumlah penelitian dengan penambahan zat B akan membentuk reaksi apa saja. Reaksi ini kemudian disampaikan di dalam karya ilmiah tanpa dikurangi maupun ditambahkan. 3. Bersifat Objektif Sifat penelitian adalah objektif, sehingga benar-benar sesuai dengan kondisi real di lapangan. Tanpa ada kemungkinan dan keinginan untuk menjadikannya subyektif sebagaimana yang diinginkan oleh peneliti maupun pihak terkait penelitian tersebut. 4. Isi Sistematis Dalam penulisan karya ilmiah juga terdapat unsur sistematis, ketentuannya sudah jelas dan masih dipertahankan sampai sekarang. Misalnya struktur penulisan dimulai dengan pendahuluan, pembahasan, isi karya ilmiah, dan terakhir adalah kesimpulan. 5. Pembahasan Sesuai dan Menyeluruh Pembahasan di dalam karya ilmiah juga harus sesuai, yakni sesuai dengan hasil penelitian dan bisa dibuktikan. Selain itu pembahasannya juga harus menyeluruh sehingga tidak ada yang tertinggal dan bisa menyebabkan persepsi yang salah. 6. Dapat Diuji Kebenaranya Isi di dalam penulisan karya ilmiah memang wajib bisa diuji kebenarannya, sehingga sesuai dengan poin sebelumnya yang harus logis dan sifatnya objektif. Sebab hal ini akan membantu memberikan data yang valid dan bukan direkayasa. Memahami apa saja yang perlu dilakukan dalam penulisan karya ilmiah sesuai karakteristik di atas sangat penting. Sehingga isi karya ilmiah memang bisa diterima sekaligus dibuktikan kemudian diterapkan. Kiat Meminimalkan Kesalahan saat Menyusun Karya Ilmiah Memahami dengan baik mengenai karakteristik dari karya ilmiah yang dipaparkan di atas, akan membantu meminimalkan kesalahan. Namun, ketika kesalahan masih saja dijumpai dan dilakukan tanpa sengaja. Maka Anda bisa mencoba beberapa kiat berikut untuk membantu meminimalkan kesalahan umum dalam menyusun karya ilmiah Menyusun Kerangka Karya Ilmiah Kesalahan umum dalam penyusunan karya ilmiah ada banyak, dan salah satunya adalah struktur yang tidak sistematis. Hal ini tentu akan membuat proses penyusunannya memakan waktu lebih lama. Apalagi jika ada banyak sekali bagian yang perlu dikoreksi dan direvisi, sehingga akan merasakan kelelahan yang lebih parah. Menyiasati kesalahan tersebut maka bisa mencoba menyusun kerangkanya terlebih dahulu. Susun setiap bab beserta judul per bab, dan poin-poin sub bab yang akan masuk ke dalam karya ilmiah tersebut. Sehingga saat menyusun karya ilmiah bisa berpegang pada kerangka yang sudah dibuat. Langkah ini mencegah keluar dari sistematika yang berlaku. Menulis di Momen yang Mendukung Menulis karya ilmiah maupun karya tulis jenis lainnya, memang dianjurkan untuk dilakukan di momen yang mendukung. Misalnya saat pikiran bisa fokus, karena aktivitas lain sudah selesai dilakukan. Bisa juga menunggu momen dimana suasana di rumah maupun lingkungan sekitar lebih tenang. Jika Anda masuk ke dalam karakter penulis yang butuh suasana mendukung, maka perlu mencari waktu yang tepat. Tidak sedikit dosen yang menulis di dini hari, karena pikiran lebih segar dan tidak terpecah. Berbeda jika dilakukan di siang hari, maka akan sibuk dengan banyak kegiatan sebagaimana profesi dosen pada umumnya. Oleh sebab itu, pertimbangkan untuk mencari waktu khusus yang mendukung kegiatan menulis. Supaya bisa tetap fokus dan konsentrasi, untuk meminimalkan kesalahan. Dibaca Ulang Usai menulis karya ilmiah, baik satu atau dua bab. Maka penting sekali untuk dibaca ulang, sering disebut dengan tahap proofreading. Tahap ini dilakukan pasca tahap editing, dan tujuannya untuk mengecek ada tidaknya kesalahan yang perlu diperbaiki. Kesalahan umum di dalam penyusunan karya ilmiah adalah kesalahan EYD dan juga typo atau salah ketik. Meskipun typo termasuk kesalahan minor, namun jika terlalu sering dijamin akan menerima kritik yang lebih tajam. Bagaimana mengatasinya? Yakni dibaca ulang dulu, cek kembali kata demi kata apakah yang tidak atau belum sesuai EYD? Apakah kata yang memang typo? Jika memang ada, maka bisa dikoreksi terlebih dahulu, sehingga saat dipublikasikan kondisi isi karya ilmiah sudah sempurna. Fokus pada Topik Kesalahan umum lainnya dalam menyusun karya ilmiah adalah pembahasan yang meluas dari seharusnya. Hal ini juga sering terjadi ketika penulis tidak membuat kerangka tulisan terlebih dahulu. Bisa juga karena kurang fokus dan konsentrasi, sehingga pembahasan menjadi kurang sesuai dengan topik yang diangkat. Meminimalkan kesalahan ini adalah dengan menjaga fokus pada topik. Mulai dari pemilihan waktu menulis yang dirasa paling mendukung, kemudian selalu sediakan air minum khususnya air putih di dekat meja kerja, dan sesekali bergerak untuk melemaskan otot dan saraf yang tegang akibat menulis dalam waktu lama. Kesalahan dalam menyusun karya ilmiah memang sangat mungkin dilakukan oleh siapa saja, baik itu peneliti junior maupun senior. Inilah alasan kenapa proses penulisan memakan waktu lama. Mencoba meminimalkan kesalahan tersebut, maka bisa mencoba beberapa tips di atas. Jangan sampai terlupa pula untuk selalu mengikuti karakteristik dan standar penulisan karya ilmiah. Penulis Wahyudha Wibisono Sumber
karangan ilmiah tidak memiliki karakteristik sebagai berikut